MANGGA GEDONG GINCU, PRODUK UNGGULAN KECAMATAN JATIGEDE
Mangga merupakan salah satu buah yang memiliki banyak peminat. Selain itu, mangga juga menjadi komoditas yang mudah ditemukan di mana saja. Sebab, pohon mangga ini cukup mudah ditanam, terlebih ketahanan pohon mangga sangat kuat. Beberapa spesies mangga bahkan mampu berbuah hingga ratusan tahun.
Ada berbagai jenis mangga yang dibudidayakan di Indonesia, seperti mangga harum manis, mangga gedong gincu, mangga cengkir, mangga lalijiwo, mangga madu dan lainnya. Namun, tahukah anda jika mangga gedong gincu menjadi produk unggulan di Kecamatan Jatigede, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
Mangga gedong gincu memiliki rasa khas yang berbeda dengan mangga jenis lain. Rasanya manis, asam, serta memiliki aroma yang sangat wangi. Nama mangga gedong gincu sendiri diambil dari warnanya yang merah seperti gincu alias lipstik.
Anang Suana seorang pengusaha mangga gedong gincu mengatakan jika mangga tersebut hanya bisa dikatakan mangga gedong gincu apabila dipetik ketika sudah matang di pohon.
“Soalnya ini bukan gincu namanya kalau dipetik mentah, sampai mateng. Harus mateng jadi seger”, ujar Anang.
Mangga gedong gincu memiliki tingkatan kualitas atau grade yang dapat diklasifikasikan dalam grade A dan grade B. Pada tahun 2022 hasil produksi mangga gedong gincu di desa Cipicung, cintajaya, lebaksiuh dan kadu. Totalnya mencapai 3.600 ton dalam setahun.
Sementara itu, usaha mangga gedong gincu milik Pak Anang Suana terbilang sukses. Usaha beliau sudah berdiri selama 30 tahun dan kini telah menjadi yang terbesar di Jatigede. Beliau memiliki tak kurang dari 10 hektar lahan kebun mangga. Saat musim panen, kebun beliau bisa menghasilkan 40 ton mangga gincu dalam satu tahun. Belum lagi pak anang juga memperoleh pasokan mangga dari para petani.
Mangga-mangga tersebut didistribusikan ke wilayah Majalengka, Bali, Yogyakarta dan sebagian besar wilayah jawa barat. Tak hanya itu, mangga gedong gincu juga pernah diekspor hingga ke Rusia.
Dengan adanya komoditas mangga gincu ini bisa meningkatkan perekonomian warga, karena komoditas ini membantu warga pengangguran yang membutuhkan pekerjaan.
“Disebut membantu ya seumpama kita punya lahan sekian hektare, terus ibu-ibu yang nggak punya kerjaan bisa menjaga kebun. Bapak-bapaknya yang nggak punya kerjaan bisa bersihin kebun, bisa apalah ikutan kerja” ujar Anang Suana.
Harga tertinggi mangga gincu bisa mencapai Rp 35 ribu. Namun saat turun, harganya tak lebih dari Rp 25 ribu.
Anang menuturkan, saat pandemi Covid-19 permintaan mangga gincu justru meningkat karena masyarakat cenderung lebih membutuhkan asupan buah. Namun di beberapa wilayah, permintaan mangga gincu mengalami penurunan saat pandemi Covid-19. “Kadang-kadang kita rasakan kalau jualan enakan waktu pandemi lebih rame. Soalnya kan kebanyakan konsumsi buah” ujar Anang Suana.
Reporter: Ayu Lorena, Ery Nugraha, Juhanudin Alhasan, Putri Astrian Surahman (KKN Unpad 2023)